Senin, 24 November 2014


Merajut Impian di Tanah Minahasa

Setiap orang memiliki impian namum semua impian itu harus ada perjuangan. Impian tanpa perjuangan adalah angan-angan. Kita menyebutnya “mimpi siang bolong”. Sebelum hal itu terjadi kita butuh “komitmen”. Kita berkomitmen pada tujuan kita dan tetap fokus untuk meraih apa yang kita harapakan. Itulah perjuangan hidup.
Berikut adalah sebuah kisah tentang Jefri yang studi di Manado untuk mengejar impiannya. Impiannya adalah ia ingin menjadi seorang dokter. Bekerja di rumah sakit dan menyembuhkan orang sakit. Itulah yang ia impihkan sejak ia masih kecil. Kini Jefri ada di Tanah Minahasa untuk merajut impiannya menjadi dokter. Disinilah hidup barunya, dengan linkungan yang baru, kehidupan yang baru serta budaya yang baru.
Untuk melanjutkan studinya Jefri masuk di Universitas Sam Ratulangi Manado. Tahun-tahun pertama ia harus banyak belajar dan tetap konsisten pada impiannya. Ia juga harus mengingat nasihat orangtuanya. Orang tuanya mengharapkannya untuk kembali sebagai seorang dokter dan memberikan pengobatan pada orang sakit. Membuat mereka tetap tersenyum.
Di kampus yang bergengsi itu ia mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang pula. Saat itu ia berkenalan dengan Enos. Anak konglemarat dari Papua. Enos adalah kakak tingkatnya dan mereka sangat akrab. Enos mengajari berbagai hal dan menunjukkan berbagai tempat terindah di kota Tinutuan itu.
Suatu hari pada weekend, Enos mengajaknya untuk mengunjungi teman-temanya. Hari itu adalah hari ulang tahun Enos. Jefri dan Enos tiba di kos bersama teman-temannya. “woe…ko lama skali tra kentara. Slama ini ko kemana. Mungkin hari ini ada yang spesial jadi ko kesini nih”, begitulah sambut teman-teman Enos. “ah..iyo sa bawa teman baru nih. De nama Jefri. De dari Nabire. Iyo kam tau hari ini juga sa pu ulang tahun. Kam harus tunggu disni. Sa nanti balik”. Jawan Enos.
Saat itu Enos membawa beer dan beberapa botol cap tikus. Enos merayakan ulang tahunnya bersama teman-temanya dengan pesta minum. Jefri tak pernah minum namun atas paksaan dan sebagai tanda pershabatan Jefri terpaksa harus minum bersama mereka. Sejak itu, Jefri terpengaruh dan uang kiriman orang tuanya ia habiskan untuk membeli minuman dan berfoya-foya. Ia juga memiliki hutan banyak hanya untuk beli minum.
Dia tidak tahu lagi dengan kampus dan komitmennya menjadi dokter. Ia telah lupa semuanya. Yang ia tahu adalah berbahagia bersama teman-temannya. Menghabiskan hari-hari dengan minuman. Masa depannya semakin suram.
Saat itu ia bertemu dengan teman kuliahnya Ika. “woe..kawan. bagimana kabar. Ko Ika toh?” tanya Jefri. “Kawan betul sa Ika. Kawan tong ada pusing untuk turun praktik klinik nih. Semester depan sudah mau penelitian untuk skripsi. Kawan ko su lama tidak ke kampus. Ko kemana saja selama ini. ko datang untuk apa disni?” tanya Ika dengan kesal. “Kawan, sa minta maaf. Sa tra tau hidup saya su sampai dimana. Sa baru kaget kalo teman dorang su mau persiapan penelitian. Oke sudah, kawan selamat sukses”, begitu jawabnya Jefri.
Jefri menyesali atas segala tindakannya selama ini. Ia kini menyadarinya kembali. Impiannya dulu, nasihat orang tuanya dan orang-orang di papua. Percuma ia menelpon orang tuanya karena ia akan ditanya soal kuliah. Ini sudah ribuan kali ia berbohong. Tidak tahu mau apa lagi. “Triling…triling….” Hp berbunyi.
“Saya        ng kabarmu bagimana. Sudah lama tak bertemu. Hari minggu ketemu di tempat biasa. Love u”, begitula bunyi sms dalam Hp itu. Pengirimnya adalah pacarnya yang selalu perhatian. Saat itu ia bertemu dengan pacarnya itu.
“ Sayang sa minta maaf. Sa su bersalah sekali. Tra tau berapa kali sa bersalah. Ini ke sekian kalinya. Sa tra tau mo buat apa lagi. Sa minum, santai2 saja truz tra ke kampuz. Sa pu teman-teman dong mo pigi penelitian. Sa masih blum. Sa merasa bersalah. Sa berbohong semuanya. Sama koi, sama sa pu ortu, trus sama Tuhan”, itulah katanya-katanya saat dia mengakui perasaannya selama ini.
Sejak itu, kekasihnya memberi motivasi, membuat adanya harapan hidup. Membawanya ke ibadah dan membuatnya menyadari akan masa depan. Kekasihnya itu terus menyemangati dan Jefri fokus untuk belajar ilmu kedokterannya. Kini impiannya yang suram itu kian nyata. Salam, Papuans…….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar